Senin, 21 Januari 2013

CeRiTa di BTC


Hey hey prend2 quh yang mau baca…
Salam bahagia aja dari ku ea..


~*~*~*~*~
Ranting   : K+
Genre     : Friendship/humor
Warning :   1. Don’t like don’t read
                     2. Bahasa gado2* jangan mumet ea waktu baca*
                     3. Perusakan karakter bakalan terjadi.
                     4. Misstypo, OOC, aneh, bahasa sulit di pahami, humor*mungkin?*
                     5. Jangan membaca di malam hari kalau readers takut.
                     6. Bagian kata yang di italic itu adalah kata-kata Author., kalau italic+bold itu suara hantu.
                     7. kalau bagian huruf yang di bold aja bearti itu efek bunyi atau suara.


Selamat menikmati…


 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


~Uji Nyali di BTC~

15 JUNI 2012

My POV
Hari yang sudah ku nanti akhirnya tiba juga. Karena hari ini adalah dimana aku dan prend-prend liat hantu*palsu* di Btc. Dan sekarang aku dan temen-temen sedang nunggu pintu di buka. Dan tentu saja kami udah dapet tiket masuk. Sambil nunggu tuh pintu buat dibuka, aku dan anak-anak kelas 1 pada narsis foto-foto di background hantu. Berbagai pose dan gaya sudah kupakai. Karena capek berfotoria…aku kembali menuju tempat dimana bibik mery berada.

“Bibik..ayo melu melebu.” Pintaku pada bibik’ku yang penakut ini.
“Orag ah dek..aku neng kene wae. Tak enteni koe mengko.” Tolak bibik Mery dengan wajah melas plus dengan wajah merahnya yang gak bisa ilang.
“Wo.. Mery wie jirih tenan.” Putri pak Tentrem ikut bicara, dan aku hanya menganggukkan kepala karena setuju.
“Ya ampun ka… aku wedi tenan. Wes to tasmu tak tunggune koe do melebu o..” ucap bibik pasrah gak mau liat hantu.
“Nak nu tiket’e Mery kek’no Resta wae dek…” suruh Eka padaku.
“Resta..” panggilku.
“Apa mbak?..” tanya’nya.
“Koe tak kek’I tiket, neng koe seng neng ngarep.”
“Oke!!” jawabnya semangat.
Kenapa aku meminta Resta yang di depan?. Soalnya dia’kan udah pernah masuk, jadi dia aja yang di depan biar tau jalannya hehe..itu juga ide Eka loh..

Tak lama kemudian para petugas dan satpam membuka pintu. Itu bearti acara*?* sudah di buka. Semua orang mulai berantri didepan pintu. Antrian yang panjang sampai mengalahkan antrian sembako*plak., gak nyambung ah* lupakan yang tadi, Author bicara ngawur.
“Eh.. ayo do ngantri rag.. mengko ndak rag entuk barisan.” Ucap Ica. Sepertinya Ica semangat banget liat mbak kunti, mas genderuwo, pakde pocong, dan lain sejenisnya.

Setelah Ica mengajak kami untuk mengantri, kami pun berbaris untuk mengantri. Dan asal kalian tau, peserta rombongan kami ada 11 orang. Itu terdiri dari kelas dua ada empat orang, dan kelas satu ada tujuh orang. Dan tak lama kemudian rombongan kami sampai didepan. Kemudian pak satpam pun menghitung jumlah rombongan kami.

“Loh akeh men, kapasitas lima sampai tujuh orang.” Kata pak satpam.
“Yah.. masak gak boleh toh..pak.” kaget kami serempak.
“Ndak boleh…” pak satpam tetap kokoh.
“Pliszt… pak”
“Pak satpam baik deh…”
“Nanti masuk surga loh pak..”
“Tidak boleh..” pak satpam tetap kokoh seperti Holcim.

Dan akhirnya ada perdebatan antara jurusan tari melawan sang pak satpam, posisi saat ini adalah 1 vs 11. Setelah mengeluarkan jurus pamungkas yaitu pupy eyes, akhirnya pak satpam pun kalah*soalnya semua sebelas anak ngeluarin jurus pupy eyes. Untung gak pakek jurus sancaya ma eka prawira, kalok sampek kita-kita pakek, tuh pak satpam langsung tepar* dan kami pun diperbolehkan masuk sebelas orang. Kemudian kami mengatur posisi kami untuk menjadi pola lantai jejer wayang. Di depan ada Resta yang memimpin dan di belakang sendiri ada Bagus, karena dia anak laki-laki sendiri  jadi ditaruh di belakang. Setelah kami siap, aku melambaikan tangan kearah bibik yang harap-harap cemas.
Aroma dupa mulai menyeruak ketika kami sapai didepan pintu. Gambar-gambar aneh pun terdapat di samping kanan-kiri pintu masuk. Kami semua mengeratkan peganggan kami di bahu teman.

Deg deg deg…
Entah mengapa jantungku berdetak tak biasanya. Dan entah kenapa juga aku merasa… er…takut?.
“Ayo masuk.” Kata pak satpam mempersilahkan kami.
Dan kami pun mulai memasuki ruang gelap nan remang-remang itu. Barisan depan pun sudah memasuki ruangan. Kami berjalan pelan-pelan.

Degdeg  degdeg  degdeg

Baru saja aku masuk, yang barisan di depan sudah berteriak–teriak.
“Wah…POCONG!!”
“Aaaaa POCONG!!”
“SAMPINGKU POCONG.”
“AWAS POCONG!!”

Bussett….

Baru aja masuk udah disambut pocong yang nangkring di samping pintu masuk. Karena pocongnya di sebelah kiri, aku mlengos kekanan aja biar gak liat.
Hayo..Hayo..” si Pocong bilang gitu.
apanya yang HAYO?’ batinku sengit.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaa.” Teriak anak-anak di belakangku yang sepertinya dia liat tuh pocong.
“Aku ngendi kie?” Tanya Bagus. Lho bukannya dia ada dibelakang ea? Kok bisa disampingku?.
“Wes koe neng sampingku wae.” Ucapku sambil liat tirai lorong pertama.
“SIAP?!” teriak Resta dari depan. Entah untuk tujuan apa Resta berteriak gitu. Dan tak lama kemudian…

WUSS….WUSS..
TAP TAP TAP TAP

Loh kok pada lari toh?...bukane Mas Tampan bilang” JANGAN LARI, NANTI NDAK DI KEJAR .”
Tapi kenyataan’nya aku juga ikut lari marathon dan dengan insting…

GREP..

Tanpa sengaja* tower maap’kan aquh,. Aq tak sengaja loh* aq langsung menggandeng lengan kiri Bagus dan kami pun lari memasuki ruang pertama. Dan di lorong pertama aku dapat melihat samar-samar tiga hantu yang lagi jagongan gitu di situ. Ada yang warna merah lagi*Aw..*
“Eh.. Bagus curang.”
“Bagus kudune neng mburi.”Protes teman-temannya Bagus, karena si Bagus dengan PD’nya melanggar teman-temannya dengan ganas, mungkin saking takutnya dia begitu.
Aneh hantunya tidak ngejar., tapi tetap saja kami takut. Dan kami pun melewati si trio hantu.

CKKIIT….. ckittt…

Suara rem sepatu kami berbunyi karena kami semua ngepot untuk menghindari tuh hantu yang lagi duduk-duduk manis. Dengan kecepatan super kami meninggalkan ruang itu . kemudian kami ambil jalan kiri, disini kami melewati lorong yang gelap nan sempit.

KLONTTANGG!!!!!!
KLONTANG!!!!

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.” Teriak Candra kalau tak salah.
kurang ajar…. Mas’e nuthuk blek roti pas aku lewat, apa lagi di samping kiri’ku lagi Acem.  Aku jamin cah-cah eo podo kaget tapi, saking keget’e sampek gak bisa teriak.’ Batinku semakin mencekram lengan Bagus.
Kami memasuki ruang kedua. Disitu terlalu gelap dan terdengar bunyi-bunyi aneh menggemma membuat kami semua terserentak kaget plus-plus.

”KEMBALIKAN ANAK’KU.”
”KEMBALIKAN ANAK’KU.”

Suara samar-samar itu semakin membuat aku takut. Jadi waktu di ruangan ini aku mejamin mata rapet-rapet, gak tau tuh hantunya modelnya kayak apa?.

”KEMBALIKAN ANAK’KU.”

Sebenarnya aku mau jawab hantu itu kayak gini..
Gwe gak bawa anak’mu, maap ea. Coba Tanya pak satpam didepan.’ Tapi saking takutnya aku gak berani bilang.
Kamipun melewati lorong-lorong lagi dan saat ini pun kami masih dalam posisi lari.

HAH..HAH..HAH..
Deg deg deg deg

Deru nafas dan detak jantung kami tak beraturan karena efek lari plus takut.

KLONTANGGG!!!!

“Aaaaaaaaaaa” teriak dari belakang.
Aduh mas… selain nuthuk bleg ada ngak sih?! Aku kaget terus nih.. kalok gak punya tak pinjem’in gong miliknya pak Tentrem.’ Batinku geregetan.

Kok dipikir-pikir dari tadi yang teriak dari belakang ea?, apa mungkin yang dibarisan depan pada sepaneng jadi gak teriak?. Sejak dari tadi aku gak denger suara Eka?. Kemana putri pak Tentrem itu?.
Kami masuk ruangan lagi, tapi anehnya kok sepi?.. gak ada hantunya. Tapi ada suara aneh lagi. Dan aku pun langsung siaga satu.

“KEMBALIKAN KAKI’KU!!!”
“KEMBALIKAN KAKI’KU!!!”

Itu ada suaranya… tapi hantunya kok gak ada.., apa dia ngesot ea?.. hiy…lari aja ah..cuekin aja tuh hantu yang ngesot, ntar tuh hantu juga kena resiko, yaitu keinjek kita-kita soalnya dia’kan ngesot, sedangkan kami lari tak peduli apa yang ada di bawah*soalnya gelap*.
Aku dan Bagus lari mengejar yang di depan. Posisi’ku ada dibarisan tengah-tengah. Dan aku seperti mendengar teriakan seseorang di belakang, kalau gak salah Icha?.

“Woy enteni. Aku tiboo!!” teriaknya yang samar-samar kudengar saat lari.
Wah..Icha jiblok.., sorry aku gak isoh nulungi soal’e long distance and aku eo wedi.’ Hah..benar-benar deh..mau tenggok kebelakang aja takut*maap ea Icha..Mas dim..bukane aku gak mau tolongin*.

Lorong-lorong ini panjang banget, gelap pula. Sepertinya yang tertinggal di belakang sudah menyusul. Kami belok kekiri, karena tikungan yang tajam aku kepleset untung hanya kayak jengkeng, jadi aku bisa langsung lari. Tapi tak lama kemudian, ternyata dari depan ada yang jatuh. Dan itu menyebabkan yang di belakang jatuh semua termasuk aku. Akan kujelaskan slow motionnya yang kuketahui.
Aku terus berlari tak terkontrol sambil terus menggenggam lengan Bagus*dia larinya kenceng banget dah* dan tiba-tiba anak kelas satu depannya Bagus tuh jatuh. Dan karena larinya Bagus itu tidak di rem, akhirnya dia jadi menabrak dan ikut jatuh dan otomatis aku juga jatoh ndlasar kedepan lagi, sakit lutut’ku. Dan lagi..yang di belakang juga tidak bisa mengerem larinya, dan akhirnya…

BRUK BRUK DLASAR BRUK BRUK

Kami jatuh seperti domino. Tapi anehnya tak ada yang berteriak kesakitan. Tapi aku berani jamin mereka pada mbatin. Dan detik berikutnya Bagus mulai bangkit dan aku langsung meraih lengan kirinya*lagi*, dan saat aku hampir berdiri. Tangan kiri dan perutku di geret dari belakang. Sepertinya nih anak kelas satu yang jatuh. Dan terjadilah aksi tarik menarik*aku menarik Bagus, dan aku ditarik yang di belakang* sampai kami berdiri sempurna dan lari lagi.
Kami pun melanjutkan lari yang sempat tertunda karena jatuh. Di depan Resta memilih jalan kiri lagi. Dan kami pun bertemu lorong lagi, tak lama kemudian Resta berhenti berlari. Tangannya menyentuh permukaan kayu-kayu tersebut. Lalu dia mengatakan sesuatu yang membuat kami langsung down.. yaitu..

“HEH JALAN BUNTU. MUNDUR!!” teriak Resta.
“WHAT?!” kita dah jatoh seperti domino, sekarang jalan BUNTU ha… aku lemas..

Aku yang di belakang Bagus mulai melihat Resta yang di depan. Dan ternyata oh ternyata disamping kami ada mbak kunti, untung terhalang krangkeng. Aku jadi masih PD untuk tidak takut. Aku mulai melihat rombongan ini, sebelas anak yang jumlahnya cukup banyak entah kenapa kok terlihat sedikit, soal’nya mereka itu pada peluk-pelukan dan merunduk. Dan sepertinya hanya aku dan Resta yang liat tuh mbak kunti.

“Heh mundur.” Kataku, tapi tidak terlalu keras.
“….”tak ada yang bergerak. Mereka masih acara peluk memeluk
.
“YANG TERTINGGAL DIJADIKAN TUMBAL.”
“YANG TERTINGGAL DIJADIKAN TUMBAL.”

ih.. mbak kunti ngoceh mulu sambil nyenter’I aduh-duh silau mataku…
Karena gak bergerak-gerak dengan pelan-pelan kulihat siapa yang ada di belakang. Lili ada di belakangku merunduk ketakutan dan memeluk pinggangku erat, dibelakangnya ada Candra lalu Icha.
“Hei… mundur..” kataku lagi. Kemudian aku liat yang paling belakang sendiri dekat pintu keluar ternyata ada hantu hitam berambut panjang yang sepertinya dari tadi ngejar. Dan aku tau kenapa Icha, Candra dan Lili gak mau mundur, aku langsung hadap depan lagi dan…

GREPPP

Aku ikutan peluk-pelukan, soalnya aku takut yang satu itu, dan lagi dia tidak di krangkeng hiy.., namun tak lama kemudian datanglah pangeran berkuda putih*plak..eh..bukan deh* maksudku datanglah petugas yang menyelamatkan kami, dia memakai jubah hitam dan membawa senter. Dia mengusir hantu tersebut. Dengan lambat-lambat kami mulai mundur.

“YANG TERTINGGAL DIJADIKAN TUMBAL.” Mbak kun-kun bilang gitu terus.
‘Mbak, kalu kamu bilangnya ‘YANG TERTINGGAL DIKASI BUAVITA’ aku pasti mau.’ Batin ku.
Kami mulai keluar dari ruang buntu tersebut.

“CEPETAN CEPETAN.” Hantu hitam tadi bilang gitu.
Otomatis kami langsung tancap gas lagi.

BARKKK BRAAKKK BRAKK
“CEPAT KELUAR!!!”
“CEPAT KELUAR!!!”

Ini yang bikin aku tratapan. kami di gedor-gedor dari luar, apa lagi suaranya cowok ih.. gimana..gitu.., kami jadi semakin cepat larinya. Karena takut lagi, aku mencekram lengan bagus lagi…
KREEGG..
Aduh.. kuku’ku patah…sakit.. nasibku sial nih kayaknya.

BARKKK BRAAKKK BRAKK
“CEPAT KELUAR!!!”
“CEPAT KELUAR!!!”

‘Ah… mas’e , aku melebu mbayar kog mbok usir toh?.’ Teriak batinku gemes. Dan saat ini kami masih lari.

BRAGG BRUG DRAKKK BRAKK
‘Aduh Bagus… nek kamu takut bilang dong, aku jangan di tabrakkan tembok teriplek sakit tauk…’

TAP TAP TAP TAP TAP
Suara sepatu kami menggemma di lorong-lorong.

“Aduh sepatu’ku copot.” Teriak Nesia dari depan.
Sebenarnya aku mau bilang ‘ Sepatu’ku eo meh copot’ tapi karena nafasku mau habis jadi gak bilang.
Aku mulai mendengar suara orang-orang dari luar, sepertinya dekat dengan pintu keluar nih. Tapi kok lama banget ea.. huft..entah kenapa aku jadi kepikiran bibik, kalau dia ikut pasti pingsan.

BARKKK BRAAKKK BRAKK
“CEPAT KELUAR!!!”
“CEPAT KELUAR!!!”

TAP TAP TAP TAP TAP
Lari kami semakin kencang karena melihat pintu keluar di depan mata, dan kami mulai berebut ingin keluar dari dunia fantasi yang menakutkan ini.

BRAKK… SRAAKK..
WUSS…

Akhirnya keluar juga, aku bisa melihat orang-orang yang sedang berantrian. Lalu aku melihat cah-cah yang pada tepar di karpet merah. Sedangkan aku masih temengsang di pintu keluar. Dengan lemas aku keluar dari situ dan ikut tepar bersama yang lainnya.

Huft..huft..huft..
Deg    deg    deg

Kami mengatur nafas kami dan sepertinya detak jantung kami sudah hampir normal. Kami semua saling liat-liatan dan pandang-pandangan, lalu detik berikutnya kami tertawa bersama…

HAHAHAHAHAHAHAHA…

THE END

Author note : hehehe..gimana ceritanya?, bingung gak. Maap ya kalau terjadi kesalahan dalam menulis ataupun ejaan. Sebenarnya Author hanya ingin berbagi cerita doang. Nih cerita dari segi pandangku, jadi kalau ada yang berbeda pendapat pun tak masalah, karena ini yang aku ingat. Itulah ceritaku, apa ceritamu?,,,

Trimakasih dah mau membaca…
SEE YOU..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar